30 March 2011

Obrolan santai tentang perspektif hadiah paling berkesan yang diberikan-NYA untukku

 

How do I love thee? Let me count the ways.
I love thee to the depth and breadth and height
My soul can reach, when feeling out of sight  
For the ends of Being and ideal Grace.

I love thee to the level of every day’s
Most quiet need, by sun and candlelight.
I love thee freely, as men strive for Right;
I love thee purely, as they turn from Praise.

I love thee with the passion put to use
In my old griefs, and with my childhood's faith.
I love thee with a love I seemed to lose
With my lost saints, I love thee with the breath,
Smiles, tears, of all my life! and, if God choose,
I shall but love thee better after death.

(How do I love Thee,  Elizabeth Barrett Browning )

Cinta dan kehidupan. Hhhmmm..  sebuah hadiah paling berkesan yang saya miliki sepanjang hidup. Rasanya takkan pernah ada habisnya jika membicarakan  cinta dalam kehidupan ini. Sebuah kata yang penuh makna dan penuh nuansa serta selalu menyuguhkan berbagai cerita di dalamnya.  Begitupun dengan  pemaknaannya dalam kehidupan yang berbeda bagi setiap orang. Cinta selalu memiliki definisi yang beragam, tergantung dari pengalaman cinta yang dialami si pembicara itu sendiri (termasuk juga saya pastinya). Cinta selalu menjadi inspirasi untuk melahirhan ide. Pujangga pun selalu menggoreskan buah pikirnya atas dasar cinta, baik dalam nuansa yang indah atau bahkan dalam wajah cinta yang kelabu.

Saya kembali berfikir tentang alasan-NYA memberi hadiah indah ini untuk saya dan untuk semua yang dicintai-NYA.  Pasti tidak akan pernah ada kehidupan yang berlanjut hingga sekarang. Tidak akan ada saya tentunya. Saya jadi  teringat salah seorang sahabat saya (itu pun kalau dia masih menganggap saya sebagai sahabat tentunya, hehehe...). Ketika saya tanyakan pendapatnya mengenai cinta, sahabat saya ini mengartikan cinta sebagai sesuatu perasaan suka pada sesuatu apa saja dan berujung sayang, lalu timbul rasa takut kehilangan.


Bahkan beberapa waktu  yang lalu dia membuat sebuah catatan  berjudul:

 kata yang terucap disaat aku dipaksa hatiku untuk tetap memendam rasa pada seorang wanita dan disaat ragaku tak kuasa menolak...

 Isinya sih hanya tiga kata, yaitu:

Aku sangat mencintaimu

Singkat, padat  (tidak sepadan memang dengan judulnya yang begitu panjang), tapi seperti yang sudah saya katakan, catatan singkat ini benar- benar touching, dan penuh makna (berdasarkan perspektif saya tentunya).

Jika harus mendeskripsikan bagaimana rupa dan bentuk hadiah-NYA ini, rasanya saya takkan pernah bisa memilih diksi yang paling indah untuk  mendeskripsikannya. Kalau saya boleh berpendapat, jika kita mencintai seseorang, bukan berarti kita tidak pernah merasa sakit hati atau bebas dari segala penderitaan dalam hidup ini. Bukan berarti kita selalu menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan dan tidak pernah luka sedikitpun karena selalu bahagia setiap saat. Cinta itu  bukan berarti kita selalu memiliki teman yang akan selalu membantu kita melewati masa- masa sulit.

 Mencintai seseorang bukan berarti setiap kepedihan jauh lebih berat daripada kesedihan yang dapat diselesaikan dalam pelukan satu sama lain. Kata orang, cinta itu keajaiban (saya pun setuju.). Bahkan lebih ajaib dan lebih indah dibandingkan 7 keajaiban dunia, termasuk taman gantung di Babilonia. Mungkin  cinta bisa begitu indah dan ajaib  karena  dibangun dengan hasrat dan juga kelembutan yang cukup supaya bisa  bertahan seumur hidup dan bisa menuntun kita melewati jalan kehidupan.

Saya merasa bahagia dan beruntung mendapatkan hadiah indah ini dari-NYA. Karena hadiah ini, saya dikelilingi oleh orang- orang yang mencintai saya (oh… this happiness make me speechless). Saya pun yakin bahwa semua orang paham dan menyadari  betapa hebatnya magnet cinta dalam kehidupan ini. Karena cinta kita bisa saling berbicara, saling mendengar, memahami, memberi semangat jika salah satu ada di titik keraguan, memaafkan tanpa syarat apapun. Jika kita mencintai seseorang, mestinya tidak ada ingatan tentang luka hati, bahkan atas nama cinta kita rela membiarkan orang yang kita cintai itu hidup bahagia dengan pilihan hatinya.

 Well...that's my path about the most memorable gift that God gave to me. So.. what is your greatest gift, guys…??

No comments:

Post a Comment